Fenomena anti-intelektualisme telah merebak di tengah masyarakat kita dewasa ini. Kita memang telah memasuki hiperealitas, suatu kondisi dunia dimana begitu banyaknya informasi yang bertubi-tubi membanjiri benak kita.
Saking banyaknya pengetahuan yang tersebar luas secara bebas menyebabkannya bercampur baur antara yang benar dan bohong sehingga kita kadang kesulitan dalam memilah mana yang hak dan mana yang batil, karena pengetahuan itu kan bentuknya bisa dalam apa saja, dan barulah ia menjadi ilmu saat terverifikasi dan teruji kebenarannya setelah melewati serangkaian metode ilmiah.
Karya Ilustrasi oleh: Muhammad Nafis Athallah
(Credit jika ingin Repost!)
Disini kita harus mampu membedakan mana yang 'sekedar pengetahuan' dan mana yang benar-benar sains (ilmu pengetahuan).
Jika kamu awam, dan tidak berminat dengan kegiatan-kegiatan akademis, setidaknya jangan melangkahi mereka yang berilmu, apalagi sampai menghina mereka yang telah terakreditasi dibawah naungan institusi formal.
Realitasnya di masyarakat kita sekarang ini kan terbalik, orang-orang mempercayai informasi yang sesuai dengan emosinya, mereka mencampuradukkan antara penentuan keputusan dengan perasaan pribadi, jadi kita tidak perlu heran kenapa hoax dan berita bodong itu bisa tumbuh subur ditengah masyarakat negara berkembang seperti Indonesia ini.
Memutuskan suatu perkara dengan tendensi dan keberpihakan yang tidak objektif adalah ciri kebobrokan inteligensi suatu individu.
Perbedaan mendasar dari orang yang berilmu dengan awam adalah,
1. Orang awam itu mereka tidak tahu bahwasanya mereka tidak tahu, tapi sok tahu.
2. Sedangkan, orang berilmu itu mereka tahu bahwa mereka tidak tahu.
Mereka paham bahwa satu-satunya pengetahuan yang mereka dapatkan selama hidup ini adalah tidak mengetahui apapun sama sekali. Atas dasar inilah peribahasa 'padi semakin berisi, semakin menunduk' dibentuk.
Saya tidak berusaha memaksakan semua orang untuk menjadi intelek, tidak ada satu pihak pun yang berhak memaksa dan mengatur bagaimana seharusnya hidup yang ideal bagimu, dengan menjadi ahli yang serba tahu, silahkan hidup sebagai seorang yang awam, orang awam mah hidup saja dengan kebahagiaan sesuai yang ia percaya.
Karena memang, usia manusia ini terlalu pendek dengan tanggung jawab yang harus kita kerjakan. Sehingga pembagian antara mereka yang intelek dan mereka yang awam adalah sebuah keniscayaan, itulah yang Hasan al-Bana sebut dengan amal jama'i (beramal secara berjamaah).
Saya ingin akhiri tulisan ini dengan mengutip salah satu petuah yang kalimatnya sudah banyak dibuat ulang, diimprovisasi, dilakukan penambahan dan penyederhanaan, serta parafrasa sedemikian rupa namun pada hakikatnya, inti dari kata-kata mutiara itu sekiranya bermakna:
Semakin banyak yang kamu ketahui, semakin kamu menyadari betapa tidak tahu apa-apanya dirimu.
Post a Comment